Selasa, 20 Desember 2016

Hijrah, Kuy Ah!


 


AKU TAHU DAN SANGAT YAKIN bahwa dalam diri manusia ada modal untuk berbuat baik. Aku tahu dan sangat yakin juga, bahwa dalam lubuk hati setiap manusia ada hasrat ingin kembali pada jalan yang benar. Aku tahu dan yakin, bahwa Allah menciptakan manusia itu dalam keadaan suci dan bersih dari dosa. Karena itu, aku yakin setiap manusia pasti menginginkan dirinya berada dalam kebenaran.

Siapa sih yang ingin masuk Neraka?
Mulai dari pak Kyai, ibu-ibu arisan, preman pasar, sampai pencuri berstandar internasioanl pun pasti menginginkan Syurga. Dan kurasa tidak ada seorang pun yang mencita-citakan diri untuk masuk ke dalam Neraka. Baik itu orang yang beriman maupun orang yang selalu berbuat dosa, pasti tidak ingin menjadi penghuni tempat kembali yang paling buruk itu. Tapi, mengapa ya meskipun begitu, masih ada saja orang yang berbuat dosa? Termasuk diri kita sendiri, masih saja berbuat dosa padahal kita tahu bahwa itu adalah dosa.

Berbicara tentang dosa. Apa itu dosa? Dosa adalah perbuatan salah yang dilakukan oleh seorang hamba karena melanggar ketentuan yang ditetapkan Allah SWT. Tingkatan dosa itu ada beberapa jenis, diantaranya ada yang termasuk dosa besar dan ada dosa kecil. Setiap manusia pasti memiliki dosa. Namun, meskipun demikian, Allah dengan Rahman-Nya tetap menutupi semua aib dan dosa-dosa kita di hadapan manusia lainnya. Dia memang Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Seandainya saja dosa itu bisa nampak, maka tentu kita akan malu dan tak mau bertemu dengan siapapun. Kita akan sibuk meminta ampunan dari Allah SWT agar dibersihkan dari dosa. Bayangkan jika satu dosa bisa merontokkan satu rambut, maka tentu kepala kita sudah botak. Jika satu dosa bisa mengeluarkan bau busuk dari tubuh kita, maka kita sendiri mungkin sudah tidak tahan dengan baunya.

Di saat bersamaan, saat kita melakukan dosa atau di saat dosa kita kepada Allah sangat banyak sekali, Dia malah masih saja sayang kepada kita selaku hamba-Nya. Allah itu Maha Lembut lagi Maha Terpuji. Selain menutupi aib-aib dan kebusukan amal kita, Dia juga masih saja memberikan kenikmatan yang tidak ternilai harganya.

Andaikan setiap melakukan dosa, Allah mengurangi jatah oksigen untuk tubuh pasti kita sudah mati. Andaikan setiap melakukan dosa, Allah memberhentikan denyut jantung, kita juga pasti sudah tiada. Atau andaikan ketika melakukan dosa, Allah serahkan hidup kita agar kita sendiri yang mengurusnya (jantung kita detakkan sendiri, darah kita alirkan sendiri, makanan kita cerna dan didistribusikan sendiri ke seluruh tubuh, dan yang lainnya) pasti kita tidak akan mau hidup berlama-lama. Jangankan untuk melakukan pekerjaan dunia, mengurus diri sendiri pun pasti akan sangat kelelahan. Kita tidak akan pernah bisa tidur, karena jika tidur maka jantung tidak akan ada yang mendetakkan, darah pun tidak mengalir, dan paru-paru tidak ada yang memompa.

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan:13)

DOSA MEMBUAT JIWAKU GELISAH
Dari uraian di atas, mungkin bisa kita semua pahami bahwa pada hakikatnya tubuh kita ini bukanlah milik kita, melainkan milik Allah SWT. Tubuh kita ini akan selalu patuh pada perintah-perintah Allah. Lalu mengapa diri kita ini sulit sekali untuk patuh pada Tuhan kita sendiri? Di saat kita durhaka dan berbuat dosa kepada Allah, seringkali jiwa, hati, dan pikiran menjadi kacau dan tidak tenang. Kita jauh dari bahagia. Padahal, biasanya seseorang melakukan dosa adalah untuk mencari rasa aman, tenang, dan bahagia. Namun yang didapat malah sebaliknya.

Hal tersebut terjadi karena adanya pertentangan di antara kita dengan tubuh kita sendiri yang mana pertentangan ini tentu tak kasat mata. Tubuh kita melakukan semua yang telah Allah perintahkan. Namun, kita gunakan tubuh ini untuk berbuat dosa. Sehingga terjadilah pemberontakkan dan goncangan pada tubuh, meskipun kita tidak pernah merasakannya. Yang kita rasakan adalah adanya gangguan jiwa yang menyebabkan diri menjadi tidak tenang, selalu gelisah, dan jauh dari bahagia. Akhirnya, hidup pun jadi bergantung pada pil penenang dan obat-obat syaraf.

CONTOH PERBUATAN DOSA YANG MEMBUAT DIRI GELISAH.
Setiap perbuatan dosa, pasti akan membuat diri ini gelisah. Baik dosa kepada Allah SWT, dosa kepada manusia, ataupun dosa kepada makhluk Allah lainnya. Dalam buku ini akan dipaparkan beberapa contoh dosa yang kemudian membuat diri menjadi gelisah.
1.        Bohong
Bohong adalah perkataan tidak benar dan perilaku menghindari kebenaran. Kebanyakan orang pasti pernah berbohong. Jarang sekali orang yang tidak pernah berbohong seumur hidupnya. Bohong adalah salah satu perbuatan dosa. Setiap perbuatan dosa pasti membuat diri menjadi gelisah.
Sebagai contoh, misalkan kita menghilangkan buku seorang teman. Kemudian, suatu hari teman kita itu menginginkan bukunya kembali. Karena kita takut pada teman kita tersebut, kita pun mencari aman agar dia tidak marah. Kita malah berbohong dengan mengatakan bahwa buku tersebut ketinggalan di rumah. Pada saat itu, mungkin diri kita merasa aman sesaat, namun hati kita tetap gelisah karena bisa jadi stock buku tersebut sudah tidak ada di toko buku atau yang lainnya. Kita pun gelisah dan cemas kalau tiba-tiba teman kita itu malah ingin berkunjung ke rumah kita.
Biasanya, orang yang terbiasa berbohong akan sulit dipercaya oleh orang lain. Selain itu, orang yang melakukan kebohongan cenderung akan melakukan kebohongan-kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya yang pernah dia lakukan.

2.        Zina
Zina adalah salah satu dosa besar. Zina akan membuat si pelakunya akan dihantui rasa cemas, gelisah, tidak disukai oleh orang disekitarnya. Seseorang yang berzina pun, banyak yang dihinggapi oleh penyakit kelamin. Selain itu, zina pun menimbulkan aib yang mempermalukan diri sendiri dan keluarga, baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan zina dapat menimbulkan kehamilan di luar pernikahan, nikah paksa, dan lain-lain.

Lalu apa yang harus kita lakukan jika kita telah melakukan dosa?
Tentu, saat kita sadar bahwa yang kita lakukan adalah salah, maka bersegeralah memohon ampunan kepada Allah. Allah itu Maha Baik. Saking baiknya, Allah selalu menunggu manusia untuk kembali bertaubat kepada-Nya. Percayalah, sungguh Allah sedang menunggu kita untuk kembali kepada-Nya. Allah sungguh merindui kita semua. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di tengah hutan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Air mata dari sang pendosa itu, bisa menyelamatkan kita dari siksa neraka. Allah mengharamkan api neraka untuk manusia yang pernah menangis menyesali dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Bahkan, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa air mata si pendosa itu lebih berat dan berharga daripada tinta ulama.

Air mata sang pendosa ibarat bumbu yang paling sedap dalam beribadah. Air mata ini hanya dikeluarkan oleh manusia. Air mata ini adalah produk impor dari penduduk bumi untuk penduduk langit. Para malaikat memang selalu beribadah dan beribadah kepada Allah. Tetapi mereka tidak pernah menangis menyesali dosa-dosa mereka, karena mereka tidak pernah melakukan satu pun dosa.

Ada sebuah kisah, dimana kisah ini akan terjadi kelak di akhirat nanti. Ada seorang manusia yang memiliki dosa yang sangat banyak. Ketika itu, seluruh amalannya sedang diperlihatkan dan ditimbang. Manusia itu menyangkal dan mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukan semua dosa ini. Kemudian, para malaikat mendatangkan saksi atas perbuatan dosanya tersebut. Saksi-saksi tersebut adalah tubuh manusia itu sendiri. Mata, telinga, tangan, kaki, dan semuanya bersaksi bahwa ketika di dunia manusia ini sering melakukan dosa ini dan dosa ini. Semua saksi itu berkata dan memberatkan dosa si manusia. Akhirnya manusia itu pun pasrah, dan dia tidak menyangka bahwa seluruh tubuhnya berbicara dan menjadi saksi atas dosa-dosanya. Sampai ketika seluruh tubuhnya telah bersaksi semuanya, ada selembar bulu mata pun kemudian berkata, “Ya Allah, seluruh tubuh manusia ini telah Engkau izinkan untuk bersaksi, maka izinkan aku pun untuk bersaksi”. Kemudian atas izin Allah, bulu mata itu pun bersaksi bahwa ketika di dunia, manusia ini pernah menangisi dosa-dosanya dan dia adalah bulu mata yang jatuh terkena air mata si pendosa itu. Akhirnya, atas rahmat Allah SWT, manusia itu pun terbebas dari dosa-dosanya dan masuk ke dalam Syurga. Maasya Allah.

Begitu hebatnya air mata kita, sampai bisa menghapuskan dosa hingga Allah pun memberikan Syurga.
Begitu berartinya harga sebuah tangisan penyesalan sang pendosa di sisi Allah SWT.

Namun, sayangnya seringkali kita menangis itu bukan karena menangisi dosa-dosa. Melainkan karena mengeluh akan kehidupan dunia. Kita lebih sering menangisi dunia dan segala huru haranya. Menangis karena cinta pada manusia, menangis karena harta, menangis karena tahta, menangis karena dihina, menangis karena ditinggalkan, menangis karena merasa sendiri, dan lain sebagainya.

Dear.. Air mata kita itu, berharga di sisi Allah. Jagalah air mata ini agar hanya menetes karena mengingat dosa-dosa kita dan kebaikan Allah saja. Meskipun sulit, setidaknya kita sudah berusaha. Allah tahu bagaimana kita berusaha.

“Dan janganlah kamu merasa lemah, dan janganlah pula bersedih hati, sebab kamulah yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman” (QS. Ali Imron : 139)

Lalu, bagaimana jika dosa-dosa kita terlampau banyak? Kita sudah teramat malu kepada Allah karena sudah taubat, namun kita malah berbuat dosa lagi, lagi, dan lagi.

Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Dear. Allah itu maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ketika kita sudah taubat lalu berbuat dosa, maka tugas kita adalah bertaubat lagi, bertaubat lagi, dan lagi. Allah rindu akan taubat kita. Masih diberikannya hidup pada saat ini pun merupakan sebuah bukti, bahwa Allah masih menunggu kita untuk bertaubat.

Jangan pernah merasa diri sudah terlampau tenggelam dalam lumpur kemaksiatan, sehingga kita tidak mau bangkit dari keterpurukkan. Bangkitlah saudaraku, cahaya kemenangan itu telah menanti. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Teruslah dan terus dekati Allah, sampai Allah mencintai kita.

“Wahai hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. sesungguhnya Allah Maha Mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar : 53).

Yang harus kita lakukan adalah berhijrah. Hijrah dari lumpur dosa kepada keridhoan Allah SWT. Hijrah itu artinya berpindah. Tentu, agar kita bisa berhijrah harus mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu. Dan yang terpenting dalam berhijrah adalah mempersiapkan niat. Niatkan bahwa kita benar-benar ingin berubah ke arah yang lebih baik.

Banyak yang mengatakan jika hijrah itu tidak mudah, hijrah itu sulit, hijrah itu menyakitkan. Ketahuilah, sulit bukan berarti tidak dapat dilakukan. Allah sendiri yang mengatakan bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan. Bersabarlah menghadapi segala yang terjadi, karena sesungguhnya sabar itu tak berujung dan tak bertepi. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 177, “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.

Berhijrah itu tidaklah susah. Ketahuilah, susah itu hanya dalam pikiran kita saja. Tidak ada yang susah selagi kita mau berusaha. Apalagi dalam menjalankan syari’at Allah Ta’alla. Allah tidak mungkin memerintahkan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Hamba-Nya. Mustahil Allah dzolim kepada hamba-Nya. Bukankah Allah berfirman bahwa Allah tidak akan membebankan sesuatu melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Bersama kesulitan ada kemudahan, bersama kesulitan itu ada kemudahan. Jadi, kapan kita akan memulai untuk berhijrah?

Sabarlah duhai saudaraku, janganlah engkau bersedih hati dan bersikap lemah. Ketahuilah, bahwa Allah telah menciptakanmu sebagai orang yang paling tinggi derajatnya. Kita semua pasti mampu untuk berhijrah. Jangan pernah beralasan bahwa kita tidak mampu untuk berhijrah karena hidayah Allah belum datang! Jangan pernah, saudaraku!

Ketahuilah, hidayah itu bahkan sudah ada dekat sekali dengan kita. Dekaaaat sekali. Hanya saja kita enggan menggapainya. Dan, hidayah itu harus dijemput, say.. bukan ditunggu. Bukalah pintu hati kita untuk menjemput hidayah Allah SWT.

Bacalah Al-Qur’an, maka insya Allah kita mendapat hidayah.
Pergilah ke majlis ta’lim, maka insya Allah kita mendapat hidayah.
Berkumpulah dengan orang-orang shaleh, maka insya Allah kita mendapat hidayah.
Ambil wudhu dan dirikanlah shalat, maka insya Allah kita mendapat hidayah.
Intinya, kita harus berusaha bangkit dan meninggalkan perbuatan dosa.

Bagaimana mungkin kita bisa mendapat hidayah, jika yang kita baca adalah majalah dewasa, komik fantasi, atau novel percintaan yang haram.
Bagaimana mungkin kita bisa mendapat hidayah, jika yang kita lihat adalah sesuatu yang diharamkan Allah SWT.
Bagaimana mungkin kita bisa mendapat hidayah, jika kaki terus saja dilangkahkan menuju tempat dosa.
Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan hidayah, jika hidayah itu sendiri kita tolak begitu saja.

Jika hidayah itu tak kunjung terasa datang, dekatilah Allah. Mintalah kepada Allah dengan keinginan bertaubat yang menggebu-gebu. Dekatilah Allah dengan perasaan haru dan rindu untuk bertemu. Mintalah ampunan kepada Allah dengan perasaan yang merendah karena terlampau banyak dosa. Insya Allah, Dia akan memberikan hidayah-Nya kepadamu.

Berdoalah kepada Allah. Ingatlah, bahwa tidak ada satupun doa yang tidak dikabulkan Allah SWT. Jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya.

Rasulullah pernah bersabda, bahwasannya Allah berfirman, “Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu, seberapapun kesalahanmu, dan Aku tidak peduli” (HR. Tirmidzi).

Sebenarnya, semuanya itu tergantung dari bagaimana kita. Apakah kita ingin kembali ke jalan-Nya atau tidak? Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jika ada hamba-Nya yang mendekati Dia sehasta, maka Dia akan mendekat sedepa. Jika ada hamba-Nya yang mendekati Dia dengan berjalan, maka Dia akan mendekati hamba itu dengan berlari. Sungguh, Allah itu merindui kita selaku hamba-Nya.


Pada akhirnya kita harus berusaha. Jangan hanya menunggu untuk diberi. Kita harus berusaha membuktikan bahwa kita memang bersungguh-sungguh ingin berhijrah dan bertaubat. Yuk ah, kita belajar bersama-sama menjauhi segala hal yang bisa menghilangkan waktu dari kebaikan, karena setiap detik akan dihitung terhadap apa yang telah kita lakukan. Investasikanlah seluruh waktu kita untuk hal-hal yang dapat mengundang keridhoan Allah Subahanhu Wa Ta’alla.
0

Minggu, 11 Desember 2016

Diary : Masa Lalu

Assalaamu'alaikum wr. wb.
Sedikit bercerita, semoga menjadi penghibur bagi yang hatinya sedang dilanda kesusahan..

Sedari kecil, aku terbiasa hidup jauh dari orang tua. Sendiri membuat diri yang manja ini akhirnya mandiri. Mengatur diri agar perasaan cemburu terhadap teman yang dekat dengan orang tuanya, tidak mudah terteka. Mengatur air mata agar isaknya tak bersuara saat orang tua tengah berbicara, yang hanya kudengar 1 jam dari 24 jam setiap harinya. Bertemu dan bercengkrama pun hanya 3 minggu dari 3 tahun yang kujalani. Sesak, memang. Tapi inilah cara Tuhan membuatku menjadi mandiri seperti ini. Mengatur keuangan, mencari tambahan uang jajan, mengatur waktu belajar, semua mudah untuk kulakukan. Ya, semuanya terasa mudah. Karena aku telah terbiasa.

Dulu aku sempat berfikir, apakah aku bisa? Aku masih sangat belia. Hidup tanpa orang tua yang menjaga diriku sendiri di tengah dunia yang semakin kejam? Menangis(?). Ya, setiap hari aku menangis. Menangis meratapi kisah hidupku yang tak pernah kubayangkan 'kan menjadi seperti ini. Sedih, melihat rumah yang dulu penuh keceriaan, kini mendadak sepi.Tidak ada siapapun, kecuali lemari dengan debunya. Aku takkan menyalahkan orang tuaku, takkan pula menyalahkan keadaan. Ini jalan hidupku. Orang tuaku menyayangiku. Tak ikut bersama mereka adalah pilihanku. Aku memilih tinggal di sini bersama seorang kakakku, dan aku memilih hidup di kota ini dengan bekal doa dari orang tuaku.

Takut. Itulah hal kedua yang kurasakan. Tapi kemudian, aku pun berfikir, apa yang harus kutakutkan? Aku punya Allah yang akan selalu melindungiku. Hey, ternyata aku memang tak sendiri, meskipun kakakku seringkali pulang larut malam. Aku tak sendirian. Aku punya Allah, tempatku bergantung dan meminta. Aku punya Al-Qur'an sebagai petunjuk kehidupan. Aku tak sendirian. Sejenak, kalimat itulah yang menyejukkan hati dan mataku.

Kehidupanku berjalan dengan sangat mudah. Aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan. Tapi, sebenarnya bila kuingat-ingat lagi perjuangan-perjuangan yang telah kulakukan. Hidupku ternyata tidak mudah seperti yang kubayangkan sebelumnya. Banyak cobaan, ujian, dan rintangan yang harus kujalani. Aku hadapi semuanya, dan aku pelajari. Ternyata, setelah kulewati itu semua, semuanya terasa mudah. Asalkan kita yakin, kita bisa dan kita yakin semuanya dimudahkan Allah SWT.

Benar kata Allah, bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan orang tersebut. Bahwa Allah tidak meninggalkan kita dan tidak pula membenci kita. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Dulu, ada perasaan dimana saat aku malas belajar, aku ingat kedua orang tua yang jauh di sana. Aku berkhayal mereka bisa datang ke acara kelulusanku sewaktu SMK dan melihat bahwa aku, anaknya ternyata mampu dan bisa berprestasi walaupun jauh dari mereka. Akhirnya kutendang semua kemalasan itu, dan hasilnya usahaku tak berbuah sia-sia. Aku mendapat ranking pertama di kelas, dan aku sangat bahagia. Meskipun pada kenyataannya mereka tak datang melihat anaknya ini.

Dulu ada perasaan ingin jajan, ingin main, ingin punya benda seperti ini, ingin punya benda seperti itu, tapi aku tak punya uang. Aku bisa apa tuk mewujudkannya? Tak mungkin aku meminta uang, malu rasanya. Aku bingung harus bagaimana? Apakah keinginanku cukup berlabuh di angan-angan saja? Iya. Dan kupikir, aku tak memerlukan semua keinginanku itu. Aku masih bisa hidup walaupun tak memiliki benda-benda yang kuingini dalam khayalku.
Namun ternyata, Allah tak ingin aku seperti itu. Uang jajan dari orang tuaku yang dikirim setiap bulan, ternyata jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan dan tugas-tugas dari sekolah. Jangankan untuk hura-hura, untuk makan saja kurang. Hmmm. Hingga akhirnya, aku memilih untuk berjualan. Aku berjualan cilok goang yang kubuat sendiri dengan tangan dan modal seadanya yang kupunya. Hasilnya, ternyata alhamdulillah tidak mengecewakan, Masyaa Allah. Aku bisa memenuhi kebutuhanku, aku bisa membeli apa yang kumau, dan aku juga bisa menabung dari hasil jerih payahku.

Tentu saja hal tersebut tidak semudah yang diceritakan. Banyak hal yang aku pelajari. Aku mesti belajar mengatur waktu, aku mesti memberanikan diriku berjualan, aku mesti mengatur keuangan. Dan semuanya memerlukan proses, hingga aku bisa menjalani semuanya dengan mudah.

Sumber Foto : http://www.dakwatuna.com/
Iya. Mudah.
Kini, semua terasa mudah bagiku dan terlihat perbedaan yang cukup kontras antara aku dengan teman-temanku.
Di sini, di Bandung ini adalah kota baru bagiku dan teman-teman baruku. Di sini aku memberanikan datang sendiri, tanpa ada sanak saudara ataupun tempat tujuan. Aku yakin, Allah-ku akan melindungiku karena Allah menyayangiku. Tak perlu ada yang kutakutkan, toh tujuanku kesini itu baik. Aku ingin belajar, menuntut ilmu, mewujudkan cita-citaku.

Di awal perkuliahan, aku menemukan teman-temanku menangis setiap malam. Kuhibur mereka, dan kuberi support pada mereka. Mereka pun bertanya, "Kenapa kamu tak menangis? Tak rindukah kamu dengan orangtuamu?"
Aku pun tersenyum dan menjawab, "Untuk apa aku merindukan orang tuaku? Toh mereka selalu di hatiku".

Aku selalu tertawa jika mengingatnya kembali. Mungkin, teman-temanku berpikir bahwa aku adalah orang yang paling sabar dan tabah sedunia. Aku tak pernah menangis di depan mereka karena rindu orang tua. Iya, aku tak pernah menangis karena dulu aku sudah sangat kenyang menangis. Ujian yang sedang dialami teman-temanku, aku anggap mudah. Karena aku sudah pernah melewatinya. Akupun merasa senang, karena aku setingkat lebih tinggi dari mereka.

Banyak pula hal lainnya yang membuat diriku senang karena aku telah melewati ujian lebih dulu dari teman-temanku. Karena, saat itu aku bisa memberikan nasihat yang bermanfaat untuk orang-orang disekitarku. Aku senang bisa berbagi ilmu dan membantu meringankan beban mereka.

Semua hal itu seringkali membuatku berpikir, kata-kata seperti, "Mengapa Allah memberiku ujian seperti ini? Mengapa tidak orang lain saja? Mengapa mesti aku yang harus menjalani ini semua?" itu adalah kata-kata bodoh dari setan agar kita mengeluh dan lari dari masalah.
Padahal, Allah memberi kita ujian yang kita rasa sangat berat, dan orang lain tidak mengalami apa yang kita alami itu karena Allah percaya kita akan mampu mengahadapinya. Sungguh, Allah begitu menyayangi kita semua. Dan di saat kita telah lulus dari ujian itu, kita akan melihat bahwa orang lain baru menghadapi ujian tersebut. Ternyata, kita setingkat lebih tinggi dari mereka. Allah ingin kita lebih tinggi beberapa derajat dari yang lain dihadapan-Nya.
Berprasangka baiklah terhadap Allah. Apa yang Allah berikan adalah bukti cinta-Nya terhadap hamba-Nya. Oleh karena itu, cintailah Allah, seperti Allah yang selalu mencintai kita. Yuk, kita belajar mencintai Allah bersama-sama, belajar memperbaiki diri dan akhlak kita, serta membuat Dia semakin mencintai kita sebagai hamba-Nya yang beriman. Aamiin, insyaa Allah.

Itu hanya sebait kisah dari cerita hidupku, semoga bermanfaat untuk teman-teman semua. Mohon maaf bila banyak kekurangan dan kesalahan. Jazakillah.

Wassalaamu'alaikum wr. wb.
0

Jangan Bersedih!

“Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu adalah orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman” (QS. Ali Imran:139)

Bismillah..

Aku tahu dan sangat yakin bahwa dalam diri manusia ada modal untuk berbuat baik. Aku tahu, bahwa dalam lubuk hati setiap manusia ada hasrat ingin kembali pada jalan yang benar. Aku tahu, bahwa Allah menciptakan manusia itu suci, bersih dari dosa.

Tapi, apa yang terjadi pada diri manusia? Benar kata Allah, manusia itu sangat dzolim dan bodoh. Ah begitulah manusia, selalu saja berbuat dosa dan salah meskipun ia dalam keadaan yang sangat sadar. Ah begitulah manusia, selalu saja mudah tertipu bisikan iblis yang menyesatkan.

Tapi, Allah itu Maha Baik. Saking baiknya Allah, Dia selalu menunggu manusia untuk kembali bertaubat kepada-Nya. Salah satu buktinya ialah, Dia masih memberikan kita hidup saat ini dengan segala kenikmatan dan kemudahan.

Tidak percaya bahwa semua ini pemberian dari-Nya?
Coba kita pikir, siapakah yang mendetakkan jantung kita? Siapakah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh? Siapakah yang menyuruh ginjal, paru-paru, hati, otak dan saraf-saraf dalam tubuh untuk bekerja? Apa kita yang melakukannya?
Tidak, kesemua itu bukanlah kuasa kita.

Bayangkan jika kesemua itu Allah bebankan kepada kita, Allah yang menyerahkan jantungmu untuk kau kontrol sendiri sama seperti tanganmu. Tangan bisa kau gerakkan semaumu, tapi saat kau tidur, tangan pun tertidur dan berhenti bekerja. Apakah kau pernah melihat orang tidur sambil menulis? Tentu tidak. Begitu pun dengan jantung, jika kau yang mendetakkannya, maka saat kau tertidur dia pun berhenti bekerja. Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?

Percayalah, sungguh Allah sedang menunggu kita untuk kembali kepada-Nya. Allah sungguh merindui kita semua. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di tengah hutan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semuanya tergantung dari bagaimana kita, apakah kita ingin kembali ke jalan-Nya? Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jika ada hamba-Nya yang mendekati Dia sehasta, maka Dia akan mendekat sedepa. Jika ada hamba-Nya yang mendekati Dia dengan berjalan, maka Dia akan mendekati hamba itu dengan berlari. Sungguh, Allah itu merindui kita selaku hamba-Nya. Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. sesungguhnya Allah Maha Mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar : 53).

Dan setelah kita berubah atau berhijrah, tentu godaan dan cobaan pasti akan berdatangan. Hal ini bukan karena Allah membenci kita, justru karena Allah mencintai kita. Dia ingin agar kita semakin dekat kepada-Nya, juga sebagai pembuktian diri bahwa kita memang bersungguh-sungguh ingin menjadi manusia yang bertakwa kepada-Nya. Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut ayat 2-3, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”.

Banyak yang mengatakan jika hijrah itu tidak mudah, hijrah itu sulit, hijrah itu menyakitkan. Ketahuilah, sulit bukan berarti tidak dapat dilakukan. Allah sendiri yang mengatakan bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan. Bersabarlah menghadapi segala yang terjadi, karena sesungguhnya sabar itu tak berujung dan tak bertepi. Allah berkata dalam QS. Al-Baqarah ayat 177, “Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.


Sabarlah duhai saudaraku, janganlah engkau bersedih hati dan bersikap lemah. Ketahuilah, bahwa Allah telah menciptakanmu sebagai orang yang paling tinggi derajatnya. Jauhilah segala hal yang bisa menghilangkan waktumu dari kebaikan, karena setiap detik akan dihitung terhadap apa yang telah kita lakukan. Investasikanlah waktumu untuk hal-hal yang dapat mengundang keridhoan Allah Subahanhu Wa Ta’alla.
0

Belajar Mengamalkan Sunnah, Yuk!

Sahabatku yang kucintai karena Allah.. Kita belajar mengamalkan sunnah, yuk.
Sunnah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala, dan bila tidak dikerjakan tidak berdosa. Perbuatan-perbuatan sunnah bisa kita tiru dari amalan-amalan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Yuk kita belajar mengamalkan sunnah!

Buat apa sih mengamalkan sunnah? Kan gak wajib ini, yang wajib aja kita masih susah apalagi yang sunnah.

Dear muslimah,
Senyum juga sunnah loh!
Susah itu hanya ada dalam pikiran kita saja. Coba lihat QS. Al-Insyirah! Bersama kesulitan itu ada kemudahan. Kita juga tahu bahwa, Allah tidak pernah membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Jadiiiii jangan pernah bilang, "That is too hard for me and I couldn't do it."
Do not ever give up, dear! Allah Ta'alla berfirman, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat" (QS. 15:56).

Bagaimana agar bisa mengamalkan amalan sunnah?
Kita bisa, karena terbiasa. Kebiasaan adalah hal yang diulangi terus menerus. Agar terbiasa, maka kita harus selalu melakukannya. Begitu juga terhadap perkara yang wajib maupun sunnah, kita harus bisa menjadikannya kebiasaan. Cara menjadikannya kebiasaan tentu dengan melaksanakannya terus menerus.

Seringkali kita enggan dan malas. Nah, itulah yang selalu menjadi permasalahan. Cara menghilangkannya tentu hanya diri kita sendiri yang tahu. Akan tetapi, bila rasa malas itu tak kunjung hilang, kita sendiri yang harus tegas mengusirnya. Kita harus memaksakan diri kita untuk melakukan amalan yang diperintahkan dan diridhoi Allah swt.

Memangnya tidak kenapa-napa gitu kalau amalan kita berupa paksaan? Kan nanti jadinya gak ikhlas.

Wait, memang parameter ikhlas itu apa? Orang yang memberikan seluruh hartanya dengan sukarela tanpa paksaan orang lain juga jika dia melakukan hal itu agar mendapat pujian, apakah bisa dikatakan ikhlas?

Amalan yang terpaksa itu tidak apa-apa kok kalau dikerjakan, tidak akan menjadikan kita berdosa. Hanya saja, kita tidak akan mendapat pahala. Dan, amalan terpaksa yang dimaksud itu adalah amalan yang dipaksa oleh orang lain, sedangkan kita sebenarnya tidak mau melakukannya.

Akan tetapi, kalau amalan tersebut kita yang memaksanya sendiri, justru kita mendapatkan pahala dari Allah. Insya Allah. Mengapa? Karena kita melakukannya atas keinginan kita sendiri, bukan karena keinginan orang lain. Hanya saja ada malas yang menghalangi, sehingga yang kita paksa itu bukan amalannya tapi malas yang menempel di amalan tersebut. Kita memaksa malas untuk pergi agar kita bisa beramal sholeh.

Pernah memperhatikan telur?
Telur itu, kalau dipaksakan keluar dari luar, maka dia hanya menjadi telur saja. Sedangkan jika dia memaksa keluar dari dalam, maka akan muncul kehidupan.

Maknanya, kita boleh kok memaksakan kita keluar dari zona nyaman. Bahkan menurutku, memaksakan diri melakukan sesuatu yang baik itu harus. Andai saja si telur tetap diam di dalam cangkangnya dan tidak mau memaksa keluar karena sudah dapat pw (posisi wuenaak) maka dia akan mati. Begitupun dengan kita. Jika terus menunggu ikhlas atau menunggu hidayah dari Allah agar iman naik, kapan mau beribadahnya?

Dan ingat say, hidayah itu dijemput bukan ditunggu.

Yuk, ah mau tunggu apalagi untuk berbuat yang disukai Allah? Nunggu maut datang dulu? Gak bakal berlaku atuh amalan kitanya. Berubah dari sekarang yuk! Insya Allah aku bakal ngirim one day one sunnah buatmu.. Sahabat surgaku.

Allah berfirman dalam hadist Qudsi, "Siapa saja yang memusuhi wali-Ku (maksudnya memusuhi dan tidak menyukai sunnah Rasulullah) maka Aku umumkan perang kepadanya. Jika hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Kucintai yang telah Kuwajibkan padanya dan dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya untuk memukul, dan kakinya untuk berjalan. Jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Kulindungi."
(HR. Bukhari)
0

Kajian : ZINA

“Dan janganlah engkau mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”
(QS. Al-Israa:32)
Bagian 1 : Menjauhi Zina
Sesungguhnya, Allah Subhanahu Wa Ta’alla telah menerangkan besarnya dosa zina. Zina adalah suatu perbuatan yang keji, buruk, dan jahat. Allah telah mengharamkannya meskipun untuk sekedar mendekati. Bahkan, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi, bahwasannya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Sungguh, jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi menyala, itu lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya”.
Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki yang menghampiri Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam yang meminta izin untuk berzina. Laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berzina!”. Mendengar hal itu, orang-orang yang ada di sana mencela laki-laki itu. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam berkata, “Cukup, cukup! Suruhlah dia mendekat!”
Lalu, pemuda itu pun mendekati Rasulullah hingga jaraknya dekat sekali, kemudian dia duduk. Setelah itu, Nabi berkata kepadanya, “Apakah kamu rela jika perzinahan terjadi pada ibumu?”. Laki-laki itu menjawab, “Tidak, demi Allah”. Nabi melanjutkan kembali perkataannya, “Demikian pula orang lain, mereka tidak rela perzinahan terjadi pada ibu-ibu mereka”.
Nabi bertanya kembali, “Apakah kamu rela jika perzinahan terjadi pada putrimu?”. Laki-laki itu menjawab, “Tidak, demi Allah”. Nabi melanjutkan kembali perkataannya, “Demikian pula orang lain, mereka tidak rela perzinahan terjadi pada putri-putri mereka”.
Nabi bertanya kembali, “Apakah kamu rela jika perzinahan terjadi pada saudara perempuanmu?”. Laki-laki itu menjawab, “Tidak, demi Allah”. Nabi melanjutkan kembali perkataannya, “Demikian pula orang lain, mereka tidak suka perzinahan terjadi pada saudara perempuan mereka”.
Nabi bertanya kembali, “Apakah kamu rela jika perzinahan terjadi pada saudara wanita ayahmu?”. Laki-laki itu menjawab, “Tidak, demi Allah”. Nabi melanjutkan kembali perkataannya, “Demikian pula orang lain, mereka tidak rela perzinahan terjadi pada saudara wanita ayah mereka”.
Nabi bertanya kembali, “Apakah kamu rela jika perzinahan terjadi pada saudara wanita ibumu?”. Laki-laki itu menjawab, “Tidak, demi Allah”. Nabi melanjutkan kembali perkataanya, “Demikian pula orang lain, mereka tidak rela perzinahan terjadi pada saudara wanita ibu mereka”.
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam meletakan tangannya pada tubuh pemuda itu dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya”. Setelah Nabi mendoakannya, pemuda itupun tidak pernah terpikirkan lagi untuk berbuat zina. Pemuda ini adalah pemuda yang jujur, dia sangat takut bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alla. Sehingga dia meminta izin kepada Rasulullah dan Rasulullah pun menasehati dan mendoakannya. Laki-laki ini tahu bahwa Allah mengharamkan berzina, dan dia pun tahu besarnya dosa bagi pelaku zina. Ia tidak ingin nafsunya yang menggebu itu menjadikannya terjatuh dalam perzinahan. (HR. Ahmad no. 22211 dan sanadnya dishahihkan Al-Albani).

Bagian 2 : Hukum bagi Pelaku Zina
Hukuman bagi pelaku zina adalah cambuk dengan rotan (didera) sebanyak 100 kali. Hal ini diperintahkan oleh Allah dalam QS. An-Nuur ayat 3 yang artinya, “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seseorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman3”. Berkaitan dengan ayat ini, ada sebuah kisah yang terjadi pada zaman Imam Asy-Syafi’i. Ada seorang pemuda yang bertanya mengenai ayat tersebut. Pemuda itu bertanya, “Mengapa hukum bagi pezina sedemikian beratnya?”. Pada saat itu wajah Asy-Syafi’i memerah, lalu dia berkata “Karena..” jawabnya dengan mata menyala... “zina adalah dosa yang bala’ akibatnya mengenai semesta keluarganya, tetangganya, keturunannya, hingga tikus di rumahnya dan semut di liangnya”.
Tak cukup dengan itu, kemudian pemuda itu bertanya lagi, “Dan mengapa tentang pelaksanaan hukuman itu Allah berkata, “Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama Allah”. Apa maksud dari ayat itu?”
Asy-Syafi’i terdiam. Ia menunduk dan menangis, setelah sesak sesaat, ia berkata, “Karena zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat kita iba, dan syaithan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya”.
Ia bertanya lagi, “Mengapa Allah berfirman pula “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”? Bukankah untuk pembunuh, si murtad, dan pencuri, Allah tidak pernah mensyaratkan menjadikannya tontonan?”
Janggut Asy-Syafi’i telah basah, bahunya terguncang-guncang, kemudian ia berkata, “Agar menjadi pelajaran” ia terisak. “Agar menjadi pelajaran” ia tersedu. “Agar menjadi pelajaran” ia tergugu.  Lalu ia bangkit dari duduknya, mata beliau kembali menyala, “Karena ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya zina adalah hutang! Hutang! Sungguh hutang, dan salah seorang dalam nasab pelakunya pasti harus membayarnya!”.
Siapapun wanita yang telah berzina, sesungguhnya dia telah mengiris-iris hati ayahnya, saudara laki-lakinya, putranya, suaminya, pamannya, dan seluruh mahramnya. Dan laki-laki yang berzina pun sejatinya ia telah merusak kehormatan laki-laki mahram wanita yang ia zinahi. Maka dari itu, hendaknya kita menjauhi diri dari zina.

Bagian 3 : Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah
“Wahai hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. sesungguhnya Allah Maha Mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(QS. Az-Zumar : 53)
Indonesia adalah salah satu negara yang mayoritas berpenduduk Islam, namun sistem pemerintahan negara ini tidak menggunakan sistem Islam. Begitupun hukuman bagi pelaku pezina. Lalu bagaimana jika ada seseorang yang berzina dan ingin bertaubat, tetapi tidak dirajam atau didera?
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di tengah hutan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Jika seseorang telah terjerumus pada perbuatan zina dan dia bertaubat dengan taubatan nasuha yang diiringi dengan perbaikan diri dan amal shaleh, maka taubatnya ini akan menghapuskan dosa yang pernah ia lakukan. Insyaa Allah, karena Allah sangat menyukai orang yang bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya. Dia, dengan Rahman-Nya akan memberikan ampunan yang seluas alam semesta meskipun dosa hamba-Nya sebanyak buih di lautan. Sungguh, begitu Maha Ghofur-nya Allah Subahanhu Wa Ta’alla.
Ada sebuah kisah yaitu ketika Ma’iz datang kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam dan dia mengaku telah berzina dan berkata, “Bersihkanlah aku!” (yaitu dengan ditegakan hukum rajam) Nabi menjawab, “Cukup, pulanglah dan mohon ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya” (HR. Muslim).
Hukum cambuk dan rajam bisa gugur bagi orang yang telah bertaubat dengan benar, berdasakan hadits Wa’il Al-Kindiy Rhadiyyallahu Anhu, dia berkata, “Seorang wanita keluar untuk melakukan shalat, kemudian ada seorang laki-laki menjumpainya dan laki-laki tersebut menzinahinya. Ketika itu lewatlah seorang laki-laki lain, dan dia ingin menolongnya. Laki-laki yang menzinahi itu pergi dan berlari. Karena kondisi yang gelap, wanita itu tidak tahu siapa yang menzinahinya, ia pun berteriak meminta tolong, “Seorang laki-laki telah berbuat terhadapku demikian dan demikian”.
Lalu datanglah sekumpulan orang-orang Anshar dan mereka berkerumun di sekitarnya. Wanita tadi berkata, “Seorang laki-laki telah berbuat terhadapku demikian dan demikian”. Akhirnya, laki-laki yang hendak menolong itu dibawa kepada Rasulullah untuk di rajam. Ketika akan di rajam, seorang lelaki di antara mereka berkata,  “Wahai Rasulullah, sayalah pelakunya”. Lalu Nabi SAW bersabda kepada wanita itu, “Pulanglah, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu”. Dan kepada laki-laki yang bersalah, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam mengatakan dengan perkatan yang baik.
Ada yang bertanya kepada beliau, “Wahai Nabi Allah, tidakkah engkau merajamnya?”. Beliau menjawab, “Sesungguhnya dia telah bertaubat yang seandainya (taubat tersebut) dibagikan kepada 70 penduduk Madinah maka akan menutupi dosa mereka”. (HR. HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
Dari hadits tersebut bisa dipahami bahwa hukum hadduzzina (hukuman bagi orang yang berzina) bisa gugur bagi mereka yang telah bertaubat dengan benar. Ibnul Qayyim pun berpendapat demikian. Karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalaam pernah bersabda, “Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa”. (HR. Ibnu Majah).
“Sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman66. Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan harta, mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar67. Dan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat68. (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina69, kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang70
(QS. Al-Furqan:66-70)
Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah! Sesungguhnya Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dan Maha Segalanya.               

Wallahu ‘alaam bisshowab.
0