Minggu, 11 Desember 2016

Belajar Mengamalkan Sunnah, Yuk!

Sahabatku yang kucintai karena Allah.. Kita belajar mengamalkan sunnah, yuk.
Sunnah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala, dan bila tidak dikerjakan tidak berdosa. Perbuatan-perbuatan sunnah bisa kita tiru dari amalan-amalan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Yuk kita belajar mengamalkan sunnah!

Buat apa sih mengamalkan sunnah? Kan gak wajib ini, yang wajib aja kita masih susah apalagi yang sunnah.

Dear muslimah,
Senyum juga sunnah loh!
Susah itu hanya ada dalam pikiran kita saja. Coba lihat QS. Al-Insyirah! Bersama kesulitan itu ada kemudahan. Kita juga tahu bahwa, Allah tidak pernah membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Jadiiiii jangan pernah bilang, "That is too hard for me and I couldn't do it."
Do not ever give up, dear! Allah Ta'alla berfirman, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat" (QS. 15:56).

Bagaimana agar bisa mengamalkan amalan sunnah?
Kita bisa, karena terbiasa. Kebiasaan adalah hal yang diulangi terus menerus. Agar terbiasa, maka kita harus selalu melakukannya. Begitu juga terhadap perkara yang wajib maupun sunnah, kita harus bisa menjadikannya kebiasaan. Cara menjadikannya kebiasaan tentu dengan melaksanakannya terus menerus.

Seringkali kita enggan dan malas. Nah, itulah yang selalu menjadi permasalahan. Cara menghilangkannya tentu hanya diri kita sendiri yang tahu. Akan tetapi, bila rasa malas itu tak kunjung hilang, kita sendiri yang harus tegas mengusirnya. Kita harus memaksakan diri kita untuk melakukan amalan yang diperintahkan dan diridhoi Allah swt.

Memangnya tidak kenapa-napa gitu kalau amalan kita berupa paksaan? Kan nanti jadinya gak ikhlas.

Wait, memang parameter ikhlas itu apa? Orang yang memberikan seluruh hartanya dengan sukarela tanpa paksaan orang lain juga jika dia melakukan hal itu agar mendapat pujian, apakah bisa dikatakan ikhlas?

Amalan yang terpaksa itu tidak apa-apa kok kalau dikerjakan, tidak akan menjadikan kita berdosa. Hanya saja, kita tidak akan mendapat pahala. Dan, amalan terpaksa yang dimaksud itu adalah amalan yang dipaksa oleh orang lain, sedangkan kita sebenarnya tidak mau melakukannya.

Akan tetapi, kalau amalan tersebut kita yang memaksanya sendiri, justru kita mendapatkan pahala dari Allah. Insya Allah. Mengapa? Karena kita melakukannya atas keinginan kita sendiri, bukan karena keinginan orang lain. Hanya saja ada malas yang menghalangi, sehingga yang kita paksa itu bukan amalannya tapi malas yang menempel di amalan tersebut. Kita memaksa malas untuk pergi agar kita bisa beramal sholeh.

Pernah memperhatikan telur?
Telur itu, kalau dipaksakan keluar dari luar, maka dia hanya menjadi telur saja. Sedangkan jika dia memaksa keluar dari dalam, maka akan muncul kehidupan.

Maknanya, kita boleh kok memaksakan kita keluar dari zona nyaman. Bahkan menurutku, memaksakan diri melakukan sesuatu yang baik itu harus. Andai saja si telur tetap diam di dalam cangkangnya dan tidak mau memaksa keluar karena sudah dapat pw (posisi wuenaak) maka dia akan mati. Begitupun dengan kita. Jika terus menunggu ikhlas atau menunggu hidayah dari Allah agar iman naik, kapan mau beribadahnya?

Dan ingat say, hidayah itu dijemput bukan ditunggu.

Yuk, ah mau tunggu apalagi untuk berbuat yang disukai Allah? Nunggu maut datang dulu? Gak bakal berlaku atuh amalan kitanya. Berubah dari sekarang yuk! Insya Allah aku bakal ngirim one day one sunnah buatmu.. Sahabat surgaku.

Allah berfirman dalam hadist Qudsi, "Siapa saja yang memusuhi wali-Ku (maksudnya memusuhi dan tidak menyukai sunnah Rasulullah) maka Aku umumkan perang kepadanya. Jika hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Kucintai yang telah Kuwajibkan padanya dan dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya untuk memukul, dan kakinya untuk berjalan. Jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Kulindungi."
(HR. Bukhari)
0

0 komentar:

Posting Komentar