Minggu, 11 Desember 2016

Diary : Niqob

Niqob atau cadar, siapa sih yang tidak tahu? Aku pikir semua orang tahu apa itu cadar atau niqab. Banyak yang mengetahui apa itu cadar, tapi tak banyak yang memakainya. Jangankan untuk istiqomah memakai, baru diajak memikirkannya saja banyak yang berkata, "Oh tidak, terima kasih". Termasuk aku, pernah bilang seperti itu.
Intinya, tidak pernah terpikir sama sekali, aku akan seperti ini. Apalagi saat dulu, jauh sebelum aku hijrah, ketika aku masih memakai jeans dan baju ketat dengan kerudung ular naga (read: kerudung belat-belit, hehe). Tak pernah sama sekali memikirkan hal ini. Menjadi muslimah bercadar alias muslimah berniqob.

Keinginan itu tiba-tiba saja muncul dan aku pun tiba-tiba ingin memakainya. Iya, aku kini memakai niqob dan memutuskan untuk belajar istiqomah memakainya. Bismillah.. 
Duh, kau tahu? Sungguh rasanya seperti mimpi. Terkadang, aku masih sering bertanya-tanya, "Benarkah ini, ya Allah?"

Tak ada paksaan, pengaruh, ataupun yang lainnya. Ini murni keinginanku. Dan aku rasa, apa yang kulakukan saat ini memang kehendak dan rencana Allah. Dia memang Maha Baik. Super duper baik!

Ini kali ketiga hatiku dibuat bolak balik oleh-Nya. Oh iya, kisah pertama dan kedua Allah membolak-balikkan hatiku, insya Allah akan di posting di judul yang berbeda.

Aku memulai memakai niqab pada Ahad, 4 Desember 2016 pukul 9 pagi. Ini akan menjadi hari yang bersejarah untukku. Pada hari itu, sebenarnya aku belum memakai niqab. Selesai muroja'ah Al-Qur'an di mesjid Daarut Tauhid, aku pergi ke suatu toko yang menjual niqob. Selepas membeli niqab, aku pun langsung memakainya. Niqob pertamaku berwarna hitam. Kelak, jika niqab ini sudah koyak akan aku simpan dalam kotak yang bertuliskan niqob pusaka. Hehehe.

Awalnya, aku masih ragu. Apakah niqob ini akan aku lanjutkan pakai atau cukup menjadi pajangan di lemari? "Mmm.. kalau aku pakai......?" 

Syetan pun langsung mendekat dan berbisik, kira-kira seperti ini godaannya:
"Nanti teman-teman bakal ngomong apa? Keluarga pun nanti bagaimana? Observasi, ngajar, kuliah, bagaimana? Cari kerja, beasiswa, dan jodoh pasti akan sangat sulit! Buat apa pakai cadar, sudahlah.. penampilanmu pun sudah syar'i. Tak perlu fanatik dengan memakai cadar! Nanti malah dibilang teroris!" 

Hmm.. ujian banget!

Itulah keraguan yang ada pada diriku pada hari Senin, 5 Desember 2016 pada saat bersiap berangkat kuliah.

Aku tahu dan yakin sekali, ketika kita akan melakukan suatu kebaikan namun terbesit keraguan, maka keraguan itu berasal dari Syetan. Pada saat itu, dengan gagah berani aku mencoba untuk melawan keraguan itu dengan berkata, "Ini hidupku, aku bebas memberi warna apa saja pada lembaran kisahku!" 

Aku pun dengan mantap memakai cadarku.

Tapi, meskipun demikian.. tetap saja perkataan Syetan masih terngiang-ngiang. Pada saat itu, sebisa mungkin aku meyakinkan diriku untuk melaksanakan syari'at Allah yang insya Allah diridhoi-Nya ini. Aku jadi ingat dengan sebuah hadist yang menyatakan bahwa, apabila kita meninggalkan sesuatu yang kita cintai karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan aku sangat percaya kepada-Nya.

Akhirnya aku mencoba untuk mengembalikan semuanya lagi pada niat.

Jujur, aku memakai niqab karena ingin dilihat. Aku ingin dilihat Allah sebagai orang yang mencintai sunnah Rasul-Nya, agar Dia mencintaiku. Pada waktu itu memang imanku sedang naik, dan hatiku ini begitu menggebu mencintai Tuhanku itu. Siapa sih yang lebih hebat dari Allah? Tidak ada.

Salah satu cara agar menjadi hamba yang dicintai Allah adalah dengan melakukan amalan-amalan sunnah. Allah berfirman dalam sebuah hadist Qudsi, “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku (maksudnya memusuhi dan tidak menyukai sunnah Rasulullah) maka Aku umumkan perang kepadanya. Jika hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Kucintai yang telah Kuwajibkan padanya dan dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya untuk memukul, dan kakinya untuk berjalan. Jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Kulindungi." (HR. Bukhari)

Jadi, kalau ditanya, apa motivasiku memakai cadar? Maka jawabanku adalah Allah. Motivasiku adalah mendapat cinta dari Allah. Ketika motivasiku adalah Allah, lantas mengapa aku masih mendengarkan yang lainnya?

Sunnah Rasul kan banyak, lalu mengapa harus memilih bercadar?
Mengapa harus bercadar, mungkin karena hanya amalan sunnah inilah yang bisa kulakukan. Ketika aku berpuasa sunnah, shalat sunnah, dan yang lainnya belum tentu mampu aku kerjakan dengan benar. Belum tentu juga aku istiqomah melakukannya. Setidaknya, bercadar adalah hal sederhana yang bisa aku lakukan dengan istiqomah, Insya Allah.

Kau tahu? Hari pertama, kedua, ketiga pakai cadar rasanya seperti mimpi. Hehe. Namun, sekarang aku sepertinya mulai terbiasa. Ketika aku bercadar, aku merasa ada sesuatu yang berubah! Ya, hidupku jadi lebih bahagia. Rejeki datang darimana saja. Aku banyak tersenyum dan mudah melakukan kebaikan. Aku pun malu jika hendak berbuat dosa. Aku bahagia, dan aku ingin terus bahagia. 
0

0 komentar:

Posting Komentar